Sejarah
Secara etimologis, ada beberapa versi yang menjelaskan arti nama Dieng. Pertama, berasal dari bahasa Sansekerta ardi yang berarti gunung dan hyang yang berarti kahyangan atau bisa juga berarti Dewa Pencipta sehingga bisa ditafsirkan sebagai gunung tempat bersemayamnya dewa-dewi. Pengertian ini bisa juga dihubungkan dengan peninggalan-peninggalan purbakala berwujud candi yang banyak bertebaran di sana. Kedua, kata Dieng berasal dari bahasa Jawa adi yang berarti indah atau elok dan aeng yang berarti mengagumkan karena bersifat aneh.
Dataran dengan ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut ini, dulunya merupakan sebuah gunung berapi yang sangat besar dan tinggi. Suatu saat gunung tersebut meletus dengan dahsyat hingga melemparkan badan puncaknya ke daerah sekelilingnya yang kini membentuk bukit-bukit besar maupun kecil, seperti rangkaian perbukitan Gunung Perahu (2.565 m), Jurang Grawah (2.450 m), Gunung Kendil (2.326 m), serta perbukitan lain, seperti Gunung Pakuwojo, Bismo Pangonan dan Sipendu dengan ketinggian antara 2.245 m – 2.395 m. Perbukitan kecil yang merupakan potongan atau irisan badan puncak gunung yang terlempar, antara lain membentuk Gunung Naga Sari, Pangamun-amun, Gajah Mungkur serta perbukitan dengan ketinggian antara 1.630 m – 2.154 m.
Tipe erupsi di kawasan Dataran Tinggi Dieng ini adalah erupsi freatik (keluarnya lumpur, uap air, dan gas) di kawah-kawahnya. Terkadang bahkan mengeluarkan gas beracun (CO2) yang tidak terlihat dan tidak berbau namun sangat mematikan, seperti yang sempat membunuh 149 orang pada tahun 1979 dan terjadi lagi baru-baru ini, Mei hingga Juni 2011. Beberapa erupsi yang sempat tercatat adalah sebagai berikut. Sebelum 2011 di mana Dieng ditetapkan dalam status siaga (level III) akibat erupsi freatik yang terjadi pada Kawah Timbang yang memaksa warga sekitar untuk mengungsi, pada tahun 2009 status Dieng juga sempat dinaikkan ke level waspada (level II) setelah beberapa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Sibanteng dan Kawah Sileri yang memuntahkan lumpur hingga 140 meter disertai beberapa kali gempa vulkanik, meskipun tidak terjadi emisi gas beracun. Sebelumnya pada tahun 1992, emisi gas beracun yang dikeluarkan oleh Kawah Sikidang membunuh 1 orang yang tengah berada di sungai yang berjarak 200 meter dari kawah tersebut. Tahun 1979 merupakan erupsi dengan korban paling banyak. Erupsi freatik Kawah Sinila yang disertai gas CO2 dan H2S telah membunuh 149 orang, dan memaksa 17.000 orang lainnya mengungsi. Erupsi yang didahului dengan tujuh gempa vulkanik ini juga banyak membunuh hewan-hewan ternak dan ikan. Pada tahun 1944, terjadi letusan Gunung Api Dieng, tepatnya pada tanggal 4 Desember 1944. Hujan abu dan lumpur menyelimuti desa-desa Kepakisan, Sekalem, Sidolok, Pagerkandang, Djawera, serta Kepakisan Lor dan menyebabkan desa-desa ini menjadi seluruhnya gelap. Erupsi ini membunuh 59 orang, 38 terluka (kebanyakan luka bakar), dan 55 lainnya hilang. Erupsi-erupsi lain yang tercatat terjadi pada tahun 2011, 2009, 2005, 1993, 1986, 1981, 1979, 1964, 1956, 1954, 1953, 1952?, 1944, 1943, 1939, 1928, 1883-84, 1847, 1826, 1825, 1786, 1776, dan 1375.
Keistimewaan
Akibat letusan mahadahsyat di masa lalu yang telah disebut di atas, tubuh gunung dan bagian dalam Gunung Api Purba Dieng yang tersisa, menjelma menjadi dataran luas yang dipenuhi bekas-bekas kawah yang masih aktif mengepulkan asap belerang dan golakan lumpur panas yang dapat kita saksikan hanya dalam jarak 0,5 – 1 meter. Sedangkan kawah-kawah yang sudah mati, kini menjelma menjadi telaga-telaga serta sumur-sumur raksasa yang dipenuhi air, dengan lubang permukaan antara 200 m2 dan kedalaman hingga 100 m. Di area kawasan wisata yang bersuhu antara 15 – 20 derajat celsius di musim kemarau dan 5 – 10 derajat celsius di musim hujan atau malam hari, terdapat 8 buah kawah vulkanik; Sikidang, Sileri, Sinila, Candradimuka, Timbang, Siglagah, Sikendang, dan Sibanteng, 7 buah telaga; Warna, Pengilon, Swiwi, Balekambang, Merdada, Dringo, dan Cebong serta 1 buah sumur raksasa; Jalatunda.
Ada lima kelompok bangunan candi yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Empat kelompok merupakan Ceremonial Site yaitu kelompok Candi Pendawa, kelompok Candi Gatotkaca, kelompok Candi Bima, dan kelompok Candi Dharawati/Parikesit. Kemudian kelompok kelima adalah kelompok bangunan profan atau bangunan tempat tinggal yang terletak tidak seberapa jauh dari kelompok bangunan sakral (candi-candi Pendawa Lima) yang sama-sama berada di dataran.
Sampai dengan saat ini, dari 12 prasasti batu yang ditemukan di Dieng, belum ada informasi tertulis mengenai sejarah Candi Dieng. Diperkirakan pada abad ke-8 hingga ke-9 M atas perintah raja dari Wangsa Sanjaya. Komplek Candi Dieng merupakan candi tertua di pulau jawa, karena ditemukannya prasasti tertua yang bertuliskan huruf jawa kuno dengan menyebutkan angka 808 M.
Selain kawah, telaga, sumur raksasa, dan kompleks candi, di Dieng juga terdapat objek wisata Tuk Bima Lukar, Gua Semar, Pemandian Air Panas Palasari, Air Terjun Sikarim, dan Gunung Sikunir. Di Dieng, kita juga akan banyak menemukan perkebunan kentang, jamur, kacang Dieng, kol, carica, purwaceng, dan berbagai macam sayuran. Akibat suhu yang sangat dingin, pada pagi hari tampak embun-embun beku (frost) yang menyerupai lapisan salju yang tipis terhampar indah di atas permukaan tanah. Namun embun beku (frost) ini (oleh masyarakat Dieng disebut bun upas) tidak disukai oleh masyarakat sekitar karena bisa mematikan tanaman kentang. Adapun barang yang diperdagangkan oleh penduduk Dieng biasanya merupakan hasil budidaya pertanian mereka seperti jamur Champignon (jamur yang termasuk kelompok Ascomicetes), kentang jenis Granolla, cabai Dieng, carica, paprika, kol, keripik jamur, kacang Dieng, serta tanaman suvenir dari hutan seperti palas payung yang termasuk jenis palem, bunga Edelweis, tanaman perdu, paku rambut, dan bambu kuning.
Lokasi dan Fasilitas
Dataran Tinggi Dieng terletak di Propinsi Jawa Tengah di mana sebagian wilayahnya termasuk dalam Kabupaten Wonosobo (2 desa) dan sebagian lainnya dalam Kabupaten Banjarnegara (6 desa). Desa-desa tersebut adalah Dieng Kulon, Kepakisan, Pekasiran, Bakal, Karang Tengah, dan Kepucukan di wilayah kabupaten Banjarnegara. Kemudian untuk wilayah kabupaten Wonosobo adalah Dieng Wetan dan Sembungan. Bekas gunung api raksasa ini terletak 55 km di sebelah timur laut kota Banjarnegara dan 26 km sebelah utara kota Wonosobo serta 90 km dari Kota Magelang, 133 km dari Kota Yogyakarta, dan 145 km dari Kota Semarang. Jalan dari kota Wonosobo hingga Desa Dieng Wetan sudah berupa jalan aspal yang dibangun sejak Dataran Tinggi Dieng dijadikan tempat pariwisata, kurang lebih 30 tahun yang lalu. Di kawasan wisata Dieng, ada ojek yang tersedia sepanjang waktu, selain dipakai oleh penduduk, ojek juga menjadi sarana transportasi alternatif bagi para wisatawan yang ingin diantar menuju tempat-tempat wisata yang jarak dari satu tempat ke tempat lainnya cukup jauh. Tarif ojek untuk lokasi yang berdekatan Rp. 1000, - per lokasi dan untuk lokasi yang berjauhan seperti Kawah Candradimuka, Sumur Jalatunda, dan Telaga Merdada, tarif dapat berkisar Rp. 2000,- sampai dengan Rp. 3000,- per lokasi. Bagi wisatawan yang ingin menyewa kendaraan ojek per hari tarifnya Rp. 40.000,- hingga Rp. 50.000,- atau Rp. 5000,- per jam. Fasilitas yang tersedia di kawasan wisata ini juga tergolong lumayan lengkap. Ada beberapa hotel dan penginapan dengan tarif cukup murah, beberapa rumah makan, dan banyak sekali warung-warung makan kecil serta kios-kios yang berjualan minuman panas, makanan ringan, dan berbagai jajanan. Toko-toko kelontong sederhana juga banyak tersedia di sana, juga berbagai macam toko suvenir dan oleh-oleh, serta toko-toko yang menjual jaket, syal, kupluk, dan sarung tangan mengingat udara di Dieng sangatlah dingin. Disarankan untuk membawa cukup uang cash dikarenakan di kawasan wisata Dieng belum tersedia mesin ATM. Harga tiket terusan untuk empat objek wisata yaitu kompleks Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theater, dan Telaga Warna adalah Rp. 12.000, - untuk wisatawan lokal dan Rp. 20.000, - untuk wisatawan asing. Sedangkan tiket masuk per objek wisata (empat objek wisata di atas maupun objek-objek wisata lainnya) beragam, dari mulai Rp. 2000, - hingga Rp. 6500, -.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar